- Back to Home »
- Artikel Inspirasi »
- Minim Penghuni, Penjara Di Swedia dan New Zaeland di Tutup!
Posted by : bluefatamorgana.blogspot.com
Rabu, 28 Januari 2015
MINIM PENGHUNI,
PENJARA DI SWEDIA DAN NEW ZAELAND DI TUTUP!
Sekilas mendengar ditutupnya penjara di Swedia dan New Zaeland mungkin sedikit aneh bagi kita, tetapi hal ini memang nyatanya terjadi dunia ini. Swedia merupakan sebuah negara Nordik di Skandinavia dan masuk dalam gabungan Uni Eropa. Seperti yang kita ketahui beberapa tahun yang lalu Uni Eropa mengalami krisis ekonomi yang cukup signifikan dan berdampak bagi bangsanya. Keadaan krisis merupakan suatu kondisi yang sangat berat bagi suatu negara dan masyarakat, karena secara tidak langsung akan mempengaruhi ekonomi para masyarakat Uni Eropa dan hal tersebut dapat berpengaruh meningkatnya tingkat kriminalitas di negara tersebut. Tetapi yang terjadi malah berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Masyarakat Uni Eropa masih tetap survive dan dapat melewati krisis dengan baik, kemudian menata perekonomiannya dengan lebih lagi. Hal tersebut dibuktikan oleh bangsa Swedia yang tingkat kesejahteraannya sangat baik menurut Indeks Pengembangan Humanisme atau Human Development Index (HDI) dan menjadi terbaik di dunia dengan skor nilai 0,904. Hebat! Orang Swedia dinilai sebagai salah satu paling bahagia di dunia dan memiliki nilai tinggi dalam pendapatan (GDP USD $ 35.876 per kapita, dan PDB reguler USD $ 485.000.000.000), harapan hidup (80,9 tahun), dan pendidikan. Selain itu, negara ini memiliki angka pengangguran dan tingkat kemiskinan sangat rendah , memiliki akses yang sama dan bebas untuk perawatan kesehatan, menjadi salah satu pendukung paling aktif dalam kelestarian lingkungan dan mendorong untuk negara-negara lain untuk lebih "GO GREN".
Begitu pula dengan New Zaeland yang disebut juga sebagai Tanah Awan Putih Panjang ini juga disebut sebagai negara sejahtera dan makmur di dunia menurut Indeks Pengembangan Humanisme atau Human Development Index (HDI) dengan skor nilai 0,908. Selandia Baru memiliki salah satu standar hidup tertinggi dan peringkat kebahagiaan di dunia, dan cenderung menjadi pendukung kuat untuk perdamaian dan kelestarian lingkungan, melarang senjata nuklir dan melindungi satwa liar yang beragam. PDBnya $ 157.877.000.000 dolar, dengan GDP per kapita $ 35.374 bagi penduduk 4,3 juta. Pendidikan dan standar kesehatan semua sangat tinggi dengan harapan hidup 80,2 tahun .
Faktor tingkat kesejahteraan yang tinggilah yang menyebabkan ditutupnya penjara-penjara di dua negara ini, karena tindakan kriminalitasnya sangat rendah. Selain faktor tersebut, hal apakah yang mendasari bangsa Swedia dan New Zaeland memiliki masyarakat yang begitu baik dari perilakunya? Karena yang kita ketahui kedua negara ini tidak memeluk suatu keyakinan atau kepercayaan dalam arti mereka tidak bergama (atheis). Periaku mereka terbilang malah cukup agamis daripada orang yang beragama, mereka begitu mencintai alam, hewan dan hidup rukun berdampingan dengan masyarakat lainnya.
Tidak untuk membandingkan, tetapi untuk sekedar introspeksi bersama agar pemikiran kita menjadi lebih baik lagi. Kita ketahui Indonesia merupakan negara terbesar yang mayoritas penduduknya memeluk agama islam. Disamping mayoritas beragama islam, banyak juga golongan-golongan atau kelompok-kelompok tertentu yang memiliki faham muslim yang berbeda-beda, baik dari yang sangat fanatik condong arab dan ada juga muslim yang biasa-biasa saja. Namun yang harus digaris bawahi yaitu: Indonesia merupakan negara beragama dengan begitu seharusnya tahu “mana itu perbuatan baik dan mana itu perbuatan buruk (melakukan perintahnya dan menjauhi larangannya). Tetapi entah mengapa antara agama dan perbuatan malah menjadi tidak ada korelasinya, seharusnya dengan adanya agama akan menjadi pedoman bagi mereka untuk berbuat sesuatu. Ya, sudut pandang ini tidak melihat dari semua yang beragama menjadi seperti itu dan tidak memberikan kesimpulan seperti itu, karena mayoritas dan mean menjadi menunjukkan nilai yang seperti itu.
Pikirkanlah, atheis yang tidak beragama bisa melakukan sesuatu untuk lingkungannya dan berbuat baik kepada sesama manusia, maka kita yang agamis sejatinya harus bisa menjadi lebih baik dibanding mereka. Mulai dari kita sendiri, renungkanlah kita belum terlambat untuk bisa melakukan perbaikan diri. Karena kita (diri kita) semua dapat berubah, dunia pun berubah menjadi lebih baik karena kita. Pikirkanlah.